Promo FBS
FBS Reliable Broker
NasionalOpiniPolitik

Ekonomi Hijau dan Greenflation: Membongkar Isu dalam Debat Cawapres

3154
×

Ekonomi Hijau dan Greenflation: Membongkar Isu dalam Debat Cawapres

Sebarkan artikel ini
Inilah cuplikan debat Cawapres ke-4, Minggu malam (21/01)./red

Oleh: Thafan Casper, Kepala Perwakilan Bintan

Debat antara Calon Wakil Presiden, Mahfud MD, dan Gibran Rakabuming Raka pada malam Minggu, 22 Januari 2024, di Jakarta Convention Center (JCC) menjadi panggung yang menghadirkan diskusi seputar “greenflation” dan konsep Ekonomi Hijau. Diskusi ini tak hanya mencerminkan pertarungan argumen politik, tetapi juga membuka pintu wawasan baru terhadap isu-isu ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

Gibran dengan tajam menyoroti “greenflation,” sebuah istilah yang kini menjadi perbincangan hangat. Namun, apa yang membuat debat ini begitu menarik adalah bagaimana Mahfud MD membawa kita ke dalam dunia Ekonomi Hijau.

Dalam pandangan saya, konsep Ekonomi Hijau bukan sekadar retorika politik. Ini adalah langkah berani menuju transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan. Diperlukan komitmen serius dan tindakan konkret untuk mengubah arah ekonomi kita ke jalur yang lebih ramah lingkungan.

“Greenflation,” sebagaimana ditekankan oleh Gibran, mencerminkan dampak inflasi terhadap barang dan jasa yang ramah lingkungan. Ini mengindikasikan perubahan perilaku konsumen yang memilih produk dan layanan berkelanjutan, meskipun dengan harga yang mungkin lebih tinggi.

Perbedaan utama terletak pada fokus keduanya. “Greenflation” lebih menyoroti dampak inflasi terhadap lingkungan, sementara Ekonomi Hijau melibatkan konsep ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan secara menyeluruh.

Gibran mengaitkannya dengan “gerakan Rompi Kuning di Prancis,” meskipun awalnya bukan tentang greenflation, gerakan ini mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan ekonomi yang merugikan. Kaitannya dengan greenflation menyoroti kompleksitas isu ekonomi dan lingkungan, memperluas wawasan kita tentang bagaimana isu ini dapat memicu protes masyarakat.

Melampaui istilah “greenflation,” data menunjukkan bahwa negara-negara yang telah mengadopsi prinsip Ekonomi Hijau mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Skandinavia, sebagai contoh, telah berhasil menggabungkan prinsip ini ke dalam kebijakan mereka, menciptakan dampak positif yang dapat diukur.

Sebagai bukti konkret, kita dapat melihat ke Belanda yang berhasil melibatkan konsep ramah lingkungan dalam kebijakan mereka. Upaya ini tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Tentu, transisi menuju Ekonomi Hijau tidak akan berjalan mulus. Antisipasi terhadap tantangan, baik dari segi kebijakan maupun respon sektor industri, menjadi kunci. Bagaimana kita dapat merespons dan mengatasi perubahan yang mungkin diperlukan, serta mencari alternatif solusi yang lebih baik?

Jadi, debat Cawapres bukan hanya sekadar pertarungan kepentingan politik. Ia merupakan panggung untuk membahas perubahan mendasar dalam cara kita memandang ekonomi dan menjaga lingkungan. “Greenflation” dan Ekonomi Hijau tidak hanya menjadi isu pembicaraan, tetapi panggilan bagi masyarakat untuk terlibat aktif dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.

Comment