Jakarta, suarakepricom – Konflik geopolitik yang terus memanas, seperti perang Rusia-Ukraina dan ketegangan Israel-Iran, berdampak langsung pada pasar saham global dan domestik. Ketidakpastian akibat perang memicu aksi jual besar-besaran di bursa saham dunia dan mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas dan obligasi pemerintah.
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tertekan namun relatif tangguh, didukung sektor komoditas seperti energi, logam, dan perkebunan yang diuntungkan oleh lonjakan harga global.
“Konflik geopolitik menyebabkan modal asing keluar dari negara berkembang, melemahkan nilai tukar rupiah dan meningkatkan tekanan inflasi,” jelas Tim Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sektor manufaktur, transportasi, dan perbankan menjadi yang paling rentan, terutama akibat kenaikan biaya impor dan utang valas. Sebaliknya, sektor ekspor seperti batu bara, sawit, dan nikel justru mencatatkan kinerja positif.
Meski gejolak jangka pendek tak terhindarkan, investor disarankan tetap tenang dan fokus pada fundamental perusahaan. Diversifikasi, pemilihan sektor defensif, dan disiplin terhadap rencana investasi jangka panjang menjadi kunci menghadapi ketidakpastian global.
“Pasar akan pulih. Sejarah membuktikan, badai geopolitik selalu diikuti oleh peluang baru,” tutup pernyataan BEI.

Comment