Promo FBS
FBS Reliable Broker
OpiniPolitik

Pilkada: Ajang Pestanya Para ‘Tukang’

2645
×

Pilkada: Ajang Pestanya Para ‘Tukang’

Sebarkan artikel ini
Mori Guspian, Penanggung Jawab dan Pimred Suara Kepri.

Oleh : Mori Guspian, PJ dan Pimred Suara Kepri

Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang semakin dekat, hiruk-pikuk politik mulai terasa di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kepulauan Riau. Kepulauan Riau (Kepri) sendiri, akan melakukan Pilkada untuk kategori Pilkada Provinsi Kepri, termasuk 5 Kabupaten dan 2 Kota tahun 2024.

Seperti pesta besar yang dihadiri oleh berbagai kalangan, Pilkada menjadi arena adu strategi, retorika, dan pengaruh, tidak hanya bagi para calon pemimpin daerah, tetapi juga bagi para “tukang” yang ikut memeriahkan suasana. “Tukang” dalam hal ini bukanlah profesi tradisional seperti tukang kayu atau tukang bangunan, melainkan sebuah metafora yang menggambarkan berbagai peran penting di balik layar Pilkada. Mereka inilah yang kerap menjadi kunci dalam dinamika politik lokal. Siapa saja kah para ‘Tukang’ yang bermunculan dan berpesta di pesta demokrasi Pilkada, mungkin ini referensi beberapa ‘Tukang’ tersebut :

Tukang Kampanye: Penggerak Mesin Politik

Para tukang kampanye adalah motor penggerak utama dalam Pilkada. Mereka merancang strategi komunikasi, menyusun pesan-pesan kampanye, dan memastikan calon yang diusung mendapatkan simpati dari masyarakat. Dari spanduk yang terpampang di jalan-jalan hingga iklan di media sosial, semua itu adalah hasil kerja keras para tukang kampanye. Mereka adalah ahli dalam memoles citra dan membentuk persepsi publik, dengan satu tujuan utama: memenangkan hati pemilih.

Tukang Janji: Penghibur Sesaat

Tidak dapat dipungkiri, Pilkada sering kali menjadi ajang bagi para calon untuk mengumbar janji-janji manis. Para “tukang janji” ini muncul dengan berbagai program dan visi yang kadang terdengar utopis. Mereka menjanjikan perbaikan infrastruktur, peningkatan kesejahteraan, dan beragam hal lainnya yang menggiurkan bagi masyarakat. Namun, setelah Pilkada usai, janji-janji tersebut sering kali terlupakan, meninggalkan kekecewaan di hati masyarakat yang telah memberikan suara mereka dengan harapan akan perubahan.

Tukang Survei: Penentu Arah Angin

Tidak bisa diabaikan peran para tukang survei dalam setiap Pilkada. Mereka adalah para analis data yang mampu membaca arah angin politik. Hasil survei mereka sering kali menjadi panduan bagi para calon dan partai dalam menyusun strategi. Survei-survei ini juga dapat membentuk opini publik, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil akhir Pilkada. Namun, tidak sedikit yang meragukan kredibilitas beberapa survei, terutama jika hasilnya terlalu memihak salah satu calon.

Tukang Gimmick: Ahli Sensasi

Di era digital ini, Pilkada tidak lagi sekedar ajang kampanye konvensional. Para “tukang gimmick” mengambil peran dengan menciptakan sensasi-sensasi yang viral di media sosial. Mereka paham betul bagaimana menarik perhatian publik dengan cara-cara yang kadang tidak terduga. Mulai dari video singkat yang memancing emosi hingga meme yang menyindir, semua itu adalah alat untuk mendongkrak popularitas calon yang mereka dukung. Namun, efek dari gimmick ini sering kali bersifat sementara dan lebih menghibur daripada mendidik.

Tukang Cari Muka: Penumpang Gelap

Dalam setiap Pilkada, selalu ada pihak-pihak yang memanfaatkan momentum ini untuk “cari muka”. Mereka adalah para “tukang cari muka” yang tidak sungguh-sungguh berniat untuk berkontribusi, tetapi hanya ingin terlihat dekat dengan kekuasaan. Mulai dari pengusaha hingga figur publik, mereka muncul dengan dukungan yang tiba-tiba dan sering kali tidak tulus. Kehadiran mereka sering kali tidak lebih dari sekedar upaya untuk mendapatkan keuntungan pribadi di masa depan.

Tukang Olah: Manipulator Narasi

Di tengah ketatnya persaingan dalam Pilkada, muncul peran para “tukang olah” yang ahli dalam memanipulasi narasi dan fakta. Mereka adalah pihak-pihak yang dengan lihai mengolah informasi, kadang-kadang dengan cara yang tidak etis, untuk menggiring opini publik ke arah yang menguntungkan calon tertentu. Lewat berita yang sengaja dibumbui atau fakta yang dipelintir, mereka menciptakan realitas yang berbeda di mata masyarakat. Aktivitas mereka sering kali terjadi di balik layar, tetapi dampaknya dapat mempengaruhi persepsi pemilih secara signifikan. Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih waspada dan kritis terhadap informasi yang beredar, terutama di masa Pilkada yang rentan dengan manipulasi.

Tukang Gaduh: Pengganggu Ketertiban

Para “tukang gaduh” adalah aktor-aktor yang sengaja menciptakan keributan atau kontroversi untuk menarik perhatian atau menjatuhkan lawan politik. Mereka bisa saja melakukan provokasi, menyebarkan isu sensitif, atau melakukan aksi-aksi yang meresahkan dengan tujuan mengalihkan fokus publik atau menciptakan kesan negatif terhadap calon lain. Kehadiran mereka sering kali merusak suasana Pilkada yang seharusnya damai dan demokratis.

Mungkin masih banyak lagi istilah-istilah ‘Tukang’ yang ada di ajang Pilkada ini dan masyarakat (pembaca) dapat membuat istilah yang baru sesuai asumsi (pemikiran).

Sosialisasi Pilkada Damai 5 tahun lalu./Kagege

Sebuah Refleksi

Pilkada seharusnya menjadi momen penting bagi masyarakat untuk menentukan pemimpin yang akan membawa perubahan positif bagi daerah mereka. Namun, dengan kehadiran para “tukang” ini, Pilkada sering kali berubah menjadi ajang penuh kepentingan pribadi dan politik praktis. Masyarakat perlu lebih kritis dalam menghadapi fenomena ini, agar tidak terjebak dalam permainan politik yang hanya mementingkan segelintir pihak. Di tengah hiruk-pikuk Pilkada, suara rakyat tetap harus menjadi yang utama, bukan sekedar penonton di tengah pesta para “tukang.”

Comment