Pengusaha Bata Merah Harus Cari Alternatif Lain
TANJUNGPINANG, SuaraKepri.com – Hutan di Tanjungpinang dinilai semakin gundul. Selain diakibatkan penambangan bauksit juga akibat penebangan liar yang dilakukan masyarakat salah satunya untuk bahan bakar dalam proses pembakaran bata merah oleh sejumlah pengusaha. Permintaan akan bata merah sebagai material pembangunan perumahan dan perkantoran semakin bertambah. Hal ini berdampak pada peningkatan usaha pembuatan batu bata merah di Kota Tanjungpinang. Namun dampak lain yang muncul adalah hutan menjadi gundul karena terus menerus diambil kayunya untuk bahan bakar pembuatan bata merah.
Demikian dikatakan Anggota DPRD Kota Tanjungpinang Asep Nana Suryana, Rabu (17/7) kemarin. Asep minta pengusaha bata merah di Tanjungpinang untuk mencari bahan bakar selain kayu. “Gunakan alternatif lain seperti batu bara atau sabut dan tempurung kelapa serta bahan lain untuk pengganti kayu bakar,” katanya.
“Saat ini hutan kita sudah banyak yang gundul. Kayu-kayu yang ada tidak banyak lagi. Jika dibiarkan maka kayu yang baru tumbuh bisa ditebang juga. Tentu akibatnya dapat merusak lingkungan. Bila terus dibiarkan, tidak mustahil hutan mangrove sebagai penghijau juga jadi korban,” jelas Asep.
Secara umum, kata Asep, keberadaan usaha pembuatan bata merah masih diperlukan. Sebab, saat ini permintaan akan batu bata merah dari masyarakat dan pengusaha perumahan sangat tinggi.
“Kita lihat di jalanan setiap hari ada saja mobil lori tengah membawa kayu untuk pembakaran bata merah. Saya tidak menuduh, tetapi kayu-kayu itu diambil dari mana, coba?” tanyanya dengan nada retorik. “Saya khawatir, semakin langka kayu bakar di hutan maka penebang kayu akan menggunakan kayu mangrove. Ini akan merusak hutan mangrove yang ada,” sambungnya lagi.
Hal yang sama diutarakan Muhammad Arif, anggota DPRD Kota Tanjungpinang. “Sebetulnya ada beberapa solusi penganti kayu sebagai pembakar bata merah yakni dengan batu bara atau sabut kelapa. Saat ini teknologi sudah berkembang. Banyak solusi yang bisa diterapkan untuk pembakaran bata merah. Jangan hanya menggunakan kayu. Karena lama-lama kayu akan habis. Akibatnya, kerusakan hutan makin parah,” jelasnya.
“Kita selaku DPRD meminta Pemerintah Kota Tanjungpinang agar benar-benar melakukan pengawasan terhadap perusahaan serta hutan yang masih ada. Selain itu apakah selama ini pengusaha itu membayar pajak,” tutup Arif.
[hk]
Comment