Bintan, suarakepri.com – RSUD Kabupaten Bintan kembali menjadi sorotan setelah muncul dugaan penolakan pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Klarifikasi resmi dari pihak rumah sakit dibantah oleh keluarga pasien, memunculkan kontroversi yang belum menemukan titik terang.
Menanggapi hal tersebut. Pihak rumah sakit telah melakukan investigasi lebih lanjut dengan mewawancarai keluarga pasien lain yang berada di IGD saat kejadian. Hasil wawancara ini menguatkan klaim RSUD bahwa tidak ada penolakan pasien. Rekaman CCTV juga telah diperiksa dan dijadikan bukti tambahan.
“Berdasarkan keterangan dari dr. Agus yang bertugas saat insiden, dan hasil rekaman CCTV menunjukkan bahwa tidak ada penolakan terhadap pasien,” tegas Kepala Bidang Pelayanan RSUD Bintan, drg. Tony.
Dirinya juga menerangkan. Pada saat kejadian, sebenarnya Dr. Agus ingin menjelaskan situasinya, namun tidak diberi kesempatan berbicara oleh keluarga pasien tersebut. Pihak RSUD Bintan juga sudah menawarkan untuk mediasi pada saat kejadian, namun di tolak.
Sebagai langkah proaktif, RSUD Bintan akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai perbedaan antara kasus gawat darurat dan tidak darurat.
“Kami sudah menawarkan untuk melepas jahitan di poli pada hari kejadian, namun suami pasien tidak berkenan. Selain itu, penting bagi masyarakat untuk memahami kasus mana yang memerlukan penanganan di IGD dan mana yang bisa ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama,” ungkapnya.
Dilain pihak. Yogi selaku suami dari pasien yang mendapatkan penolakan membantah klaim rumah sakit tersebut, dan mengatakan bahwasanya pada saat kejadian dirinya tidak pernah mendapatkan tawaran mediasi dan tindakan medis apapun.
“Tidak benar itu bang, pada saat kejadian kami mendapatkan penolakan, dan pihak rumah sakit tidak ada menawarkan untuk ke Poli. Padahal yang menyuruh kami kembali lagi ke sini adalah pihak rumah sakitnya,” terang Yogi.
Selain itu, dirinya juga menyayangkan tindakan rumah sakit yang lebih memilih untuk meminta pernyataan dari keluarga pasien lain daripada mereka yang langsung terlibat.
“Kami juga menyayangkan kepada pihak rumah sakit, kenapa bukan kami yang didudukkan dalam persoalan tersebut, kenapa malah meminta pernyataan dari keluarga lain. Dan buktikan saja melalui CCTV,” ujarnya, Senin (12/08/2024).
Kontroversi ini memunculkan pertanyaan besar tentang prosedur dan komunikasi antara rumah sakit dan pasien, serta pentingnya transparansi dalam penanganan kasus-kasus medis darurat. Hingga kini, klarifikasi dari kedua belah pihak belum mampu meredakan ketegangan yang ada.
Penulis: Zein
Editor: Thafan Casper
Comment