Example floating
Example floating
Lingga

Pertama Kali, Stand Bazar Suku Laut Hadir di Tingkat Kabupaten

283
×

Pertama Kali, Stand Bazar Suku Laut Hadir di Tingkat Kabupaten

Sebarkan artikel ini

Lingga – Dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-13 Kabupaten Lingga, suku laut asli Lingga kini mulai terangkat ke permukaan setelah adanya para aktivis yang memperdulikan mereka.

Hal itu terlihat dengan adanya stand bazar suku laut yang dibentuk oleh para aktivis di halaman kantor Bupati Lingga, Daik, Kecamatan Lingga.

Densy Dias, salah seorang aktivis suku laut Desa Penaah, Kecamatan Senayang mengatakan, anggaran dalam pembukaan stand bazar suku laut memeriahkan HUT Kabupaten Lingga tersebut dilakukan secara suka rela dari para aktivis.

“Pembuatan stand serta dekorasi ini dari anggaran nekat, tidak dari siapa-siapa, ini gabungan dari kawan-kawan media juga bantu, dana dari rekan-rekan aktivis juga,” ungkapnya ketika dibincangi suarakepri Selasa (15/11).

Dikatakan Densy, adapun tujuan utama rekannya membuka stand suku laut tersebut yakni untuk mengingatkan kepada seluruh masyarakat bahwa suku laut asli itu masih ada dan merupakan bagian dari masyarakat Negeri Bunda Tanah Melayu ini.

“Selama ini mereka tidak pernah diperhatikan, merekapun tahu. Mereka juga butuh perhatian khusus dari pemerintah seperti halnya masyarakat lain,” cetusnya.

Setelah memasuki usia yang ke 13 tahun, baru kali ini suku laut diikut sertakan dalam memeriahkan HUT Kabupaten Lingga. Bahkan, Densy mengatakan, baru kali ini juga aktivis dari gerakan peduli suku laut berani mengikutsertakan dengan modal nekat.

“Alhamdulillah upaya kita ini di suport oleh camat, serta kades,” imbuhnya.

Jelas wanita yang biasa dipanggil dengan sapaan Bunda ini, pertama kali berinisiatif memperdulikan masyarakat suku laut tersebut dengan ungkapan bahwa dirinya tidak tahu bagaimana kelakuan yang ia miliki, apakah baik maupun buruk. Dengan demikian, maka tergeraklah hati nuraninya.

“Semboyannya itu, jangan menua tanpa arti. Pikiran saya prihatin dengan keadaan mereka. Saya yang punya ilmu, walaupun saya tidak sekolah tinggi. Saya punya ilmu baca tulis, apa salahnya kalau saya berbagi dengan mereka,” terang wanita asal Provinsi Bengkulu ini.

Pantauan puankepri di lapangan, stand yang didirikan oleh para aktivis masyarakat suku laut tersebut turut menghadirkan pameran foto masyarakat suku laut, baik itu foto anak-anak, maupun aktivitas masyarakat yang memang tidak bisa dipisahkan dari laut.

Selain itu, di tengah stand turut dihadirkan sebuah perahu khas masyarakat suku laut yang biasa dikenal dengan perahu kajang. Di stand ini juga menjual obat-obatan herbal tradisonal suku laut asli, yang merupakan campuran dari akar, siput, sarang semut, dan sebagainya.

Terlihat, mulai dari obat lemah syahwat, kencing batu, nafsu makan, dan sebagainya yang merupakan obat tradisional ini dihargai berkisar dari Rp150 ribu, hingga yang paling murah Rp20 ribu. Bahkan, Nos (cumi-cumi) kering yang telah di bersihkan dan di belah juga dijual. Untuk kulaitas C senilai Rp170 per kilogram (Kg). Sedangkan kualitas B yakni, Rp180 ribu per Kg. (Rian)

[sk]

Comment